Rabu, 06 Juni 2012

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

SEKOLAH                         : SMA Kartika Kendari
MATA PELAJARAN         : Bahasa Indonesia
KELAS                               :X
SEMESTER                       :1
ALOKASI WAKTU           : 2 x 45 Menit

STANDAR KOMPETENSI
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.

KOMPETENSI DASAR
Mengidentifikasi unsur sastra (intrinsik dan ekstrinsik) suatu cerita yang disampaikan secara langsung/rekaman.

INDIKATOR
  •     Kognitif
    Proses
    Mengidentifikasi unsur-unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen

    Produk
    Menentukan unsur intrinsik yang ada di dalam cerpen
    Menjelaskan maksud unsur intrinsik cerpen

  •     Psikomotor
    Menyampaikan unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan di dalam cerpen
    Menanggapi penjelasan tentang unsur-unsur yang ditemukan oleh teman.
  •     Afektif
    Karakter
    Kerja sama
    Teliti
    Tanggap
  •     Keterampilan sosial
    Menyampaikan hasil diskusi dengan baik dan benar
    Membantu teman yang mengalami kesulitan.

TUJUAN PEMBELAJARAN

  •     Kognitif
    Proses
 Setelah membaca cerpen yang disajikan, siswa diharapkan mampu menemukan unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen

    Produk
Setelah membaca dan membahas hasil pencapaian tujuan proses di  atas, siswa diharapkan mampu menuliskan kembali unsur-unsur intrinsik yang telah ditemukan.
  •     Psikomotor
Secara berkelompok siswa dapat menyampaikan unsur intrinsik cerpen yang disediakan dalam LKS 1: psikomotor.
  •     Afektif
    Karakter
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperhatikan kemajuan dalam perilaku seperti kerja sama, teliti dan tanggap.
  •     Keterampilan sosial
Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran dengan memperlihatkan kemajuan dalam kerampilan menyampaikan hasil diskusi dengan bahasa yang baik dan benar, bekerja sama dalam kelompoknya, dan membantu teman yang mengalami kesulitan.
MATERI PEMBELAJARAN

  •   Teks cerita pendek

MODEL DAN METODE PEMBELAJARAN

  Model pembelajaran : pembelajaran langsung (eksplisit)

  Metode pembelajaran

  •   Diskusi
  •   Unjuk kerja
  •   Penugasan

BAHAN
  •   Lembar kerja
  •   Spidol

ALAT
  •   Teks Cerita Pendek  
SKENARIO PEMBELAJARAN
NoKegiatanPenilaian Pengamat
pertamaPERTEMUAN 1(45 menit)
A1
Kegiatan Awal(10)
  • Guru membuka pelajaran dengan mengucapkan salam dan menanyakan keadaan siswa yang tidak hadir.
  • Guru memberi motivasi kepada siswa.
  • Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai.
  • Guru melakukan apersepsi dengan bertanya mengenai pengetahuan siswa tentang unsur intrinsik yang terdapat dalam karya sastra


B1
Kegiatan Inti(25)

  • Siswa membentuk kelompok antara 4-5 orang per kelompok.
  • Guru memberi penjelasan tentang kinerja yang akan dilakukan siswa pada saat menyimak cerita yang akan disampaikan.
  • Siswa mendengarkan/menyimak cerita pendek yang sudah disediakan oleh guru, yang akan dibacakan oleh teman secara bergantian.
  • Secara berkelompok siswa berdiskusi mengenai unsur intrinsik di dalam cerpen kemudian mengidentifikasi dan menuliskan unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen.
  • Setiap kelompok menunjuk salah satu anggotanya untuk menyampaikan secara lisan hasil diskusi secara runtut dan jelas di depan kelas.
  • Siswa bertanya jawab/menanggapi informasi yang didengar/disimak dengan bahasa dan alasan yang rasional dan logis.
nonton film perang
C1Kegiatan Akhir(10)
  • Guru dan siswa melakukan refleksi tentang pembelajaran hari ini.
  • Guru dan siswa menyimpulkan pembelajaran hari ini.
  • Guru memberi tugas kepada siswa kemudian pembelajaran ditutup dengan salam.
              





    Buku: Bahasa dan Sastra Indonesia untuk SMA kelas X
    Materi esensial Bahasa Indonesia
    Silabus

EVALUASI DAN PENILAIAN

    Tugas Individu: Menggunakan LKS

    Jenis Tagihan Penilaian: LKS 1 dan LP 1

    Bentuk Instrumen Penilaian:
    Uraian Bebas
    Jawaban Singkat


LEMBAR KERJA SISWA
(LKS)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1



Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.




    Oleh:

    Media Pembelajaran:

    Cerpen

    Aku bagaikan manusia yang terhina. Rasanya kehadiranku tak pernah diharapkan siapapun, bahkan oleh kedua orang tuaku. Aku lahir dari sebuah keluarga yang hidupnya sangat memprihatinkan. Teramat sangat, karena kedua orang tuaku hidup dengan tidak layak ditambah lagi dengan pendidikan rendah dan sikap yang kolot. Hidup dengan kekurangan disana-sini menjadikan ibu dan bapak sebagai orang tua yang haus akan materi. Namun parahnya tiada upaya, hanya impian meninggi namun sangat tipis usaha untuk menggapainya.  Jangan tanyakan di mana keluarga kami yang lain. Karena keadaannya sama saja. Entah mengapa aku lahir di tengah-tengah kelurga bobrok ini, bahkan aku menyebutnya keluarga terkutuk.

    Pada dasarnya orangtuaku mengharapkan anak mereka yang lahir adalah lelaki, karena mereka berharap kami akan membantu perekonomian keluarga. Namun, anak pertama terlahir sebagai perempuan, berlanjut terus tanpa henti hingga aku terlahir sebagai  perempuan di urutan ke delapan. Hah…tidak usah heran, karena mereka pun tak pernah lelah mengharapkan impian bodoh mereka itu. Kedengarannya kasar sekali aku mengecam orang tua dan keluargaku sendiri. Namun, itulah kerasnya kehidupan, kadang kita akan terseret ke dalam arus disekelilingnya.

    Aku muak!! Aku tak ingin terus-terusan hidup luntang – lantung dalam kehidupan menyebalkan seperti ini. Apalagi setelah kelahiranku beberapa tahu lalu bapak pergi entah ke mana. Ia mungkin tak sanggup lagi memikul tanggung jawab untuk menafkahi sembilan orang perempuan yang hanya menyusahkan kehidupannya. Aku tahu di luar sana ia pasti berteriak lega. Hingga sudah bisa ditebak aku tak pernah tahu bagaimana rupa bapakku itu.

    Malam ini ku pilih sebagai malam yang tepat untuk mengakhiri bebanku selama ini. Apakah aku akan bunuh diri? Owh, tidak!! Aku tidak sebodoh itu. Aku hanya ingin memulai kehidupan baruku. Yaa, sama seperti bapak yang lari meninggalkan kami. Toh aku juga tidak akan dicari oleh mereka. Malah sangat pasti mereka akan senang, karena tanggungan mereka berkurang satu lagi.

    Hari-hariku berjalan dan berlanjut apa adanya. Awalnya sulit karena aku harus hidup sendiri tanpa ada yang perduli dengan diriku. Terkadang aku berpikir untuk mencari bapak.
Ibu pernah bercerita, bahwa bapak mempunyai tanda yang bisa aku kenali. Yaitu ia mempunya tanda lahir berbentuk bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan. Tanda yang langka, sehingga mudah untuk dikenali. Namun, apakah mungkin aku memeriksa punggung setiap laki-laki? Hah, mustahil. Sudahlah aku pun melenyapkan keinginan gila itu. Lagipula jika aku bertemu dengannya, aku mau apa darinya? Aku sudah teramat benci terhadapnya. Lelaki tak bertanggung jawab.!!
    Mungkin itulah awal dari kebencian ku yang teramat sangat terhadap lelaki. Apalagi aku terbiasa hidup di lingkungan perempuan yang mandiri tanpa lelaki. Ibu pun seolah mengajarkan untuk benci terhadap lelaki. Akhirnya ini juga yang membawaku ke dalam lembah kesalahan.
    Semua orang tahu bahwa hidup di jalan bukanlah hal mudah. Sangat banyak godaan yang menyesatkan. Dan aku pun tak bisa menghindarinya. Dan yang membuat aku bertahan dengan semua itu karena aku menikmatinya. Aku tak punya keahlian apa-apa. Yakh, terpaksa untuk membiayai hidup aku pun bekerja menjual diri.
    Mungkin bagi orang, perjalanan ini sudah biasa. Sudah tak sedih lagi. Sudah bassiiii….!!! Tapi itu tanggapan orang yang hanya mendengarnya, tapi bagiku yang merasakannya, ini sangat sakit. Saakiiit…. dan pedih…! Namun hal itu tak membuatku sedikit bersimpati terhadap pria. Jangan pikir aku akan menyerahkan tubuh ini pada pria-pria di luar sana yang nakal. Hah,,,tidak!! Tidak akan pernah.!! Lalu,, pada siapa?? Yakh, tentu saja terhadap sesama jenisku: perempuan.
    Hufft….aku merapikan pakaianku dan bergegas meninggalkan hotel. Siang itu aku baru saja “melayani” pelanggan setiaku. Pelangganku memang terbilang sedikit, karena memang susah untuk mencari yang seperti kami. Mungkin banyak, tetapi banyak yang tidak mau mengakui bahwa mereka adalah kaum lesbi. Namun, biarlah dengan begitu sainganku tidak terlalu banyak, dan tentu saja bayaranku akan tinggi.
    Seiring bertambahnya usia, pelangganku semakin berkurang. Apalagi usia yang semakin menua membuat parasku tak secantik dulu. Tenagaku pun tak sehebat dulu lagi. Sehingga banyak pelangganku yang kabur. Aku pun mulai berpikir untuk mencoba “menjualnya” kepada lelaki. Aku yakin pelanggan lelaki lebih banyak dan lebih mudah didapat. Lagipula tubuhku pun masih belum terlalu jelek bagi para lelaki. Awalnya aku berat, sangat berat. Aku tak pernah membayangkan akan melakukannya dengan lelaki. Karena terus terang rasa benci yang tertanam sejak kecil, belum bisa aku lenyapkan. Tapi kehidupan yang menuntunku.
    Malam ini, aku pun mendapatkan pelanggan pria pertama ku. Aku sama sekali tak merasakan apapun terhadap pria ini. Seorang pria paruh baya, yang dalam pikiranku sungguh tidak tahu diri. Seharusnya ia insaf, karena melihat tampangnya ia tak akan berumur panjang lagi. Tapi,,, sudahlah. Yang terpenting aku mendapatkan uang. Kami pun memulainya. Aku sungguh baru pertama melakukan ini dengan pria, setelah puluhan tahun aku bergelut dalam dunia hitam ini dan melakukannya dengan wanita. Aku merasakan hal aneh. Entah, apa namanya. Aku merasakan kesedihan yang mendalam. Ketika ia mulai menjelajahi tubuhku, hingga melucuti satu-persatu pakaian yang melekat ditubuhku. Namun, ditengah “permainan hot” kami itu, aku tersentak kaget. Aku kemudian segera memakai pakaianku. Aku tak peduli ketika pria itu terus memanggilku. Aku menghempaskan tubuhnya yang masih berusaha untuk memaksa aku kembali melanjutkan hubungan tadi.
    “ Kita belum selesai nona!! Jadi kamu tidak akan bisa lari dariku”.
    Huh…aku tidak peduli. Aku menhempaskan tubuhnya. Kutatap lekat-lekat wajahnya. Wajah itu seperti tak asing bagiku. Bahkan aku segera merasakan perasaan benci yang memuncak terhadap semua lelaki. Aku berlari terus berlari. Tiba-tiba saja rasa penasaran tentang sosok selama ini yang aku cari-cari hilang sudah. Karena baru saja aku melihat sebuah tanda bulan sabit berwarna hitam legam di punggung sebelah kanan.
SELESAI




 LKS 1:                              LEMBAR KERJA SISWA       Bahasa Indonesia
Nama…………………….       Kelompok………………     Tanggal……………….
Kegiatan 1
Bacalah cerita pendek yang telah disediakan.

Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut:
1. Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….




LKS 2:                              LEMBAR KERJA SISWA       Bahasa Indonesia
Nama…………………….       Kelompok………………     Tanggal……………….
Kegiatan 2
Carilah sebuah Cerpen. Lalu bacalah.

Setelah membaca, kerjakan langkah-langkah berikut:

1.Tentukanlah unsur-unsur intrinsik yang terdapat di dalam cerpen tersebut!
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….
……………………………………………………………………………….



LEMBAR PEGANGAN GURU
(LPG)


BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1



Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.




Oleh:


Unsur Intrinsik Karya Sastra
adalah unsur-unsur yang secara organik membangun sebuah karya sastra dari dalam
Contoh unsur intrinsik
(1) tokoh
(2) alur
(3) latar,
(4) judul
(5) sudut pandang
(6) gaya dan nada
    Secara umum unsur-unsur intrinsik karya sastra prosa adalah:
1. Tokoh /karakter
2. Alur / plot
3. latar/ setting
4. sudut pandang (point of view)
5. tema
6. amanat

 Karakter adalah orang yang mengambil bagian dan mengalami peristiwa-peristiwa atau sebagian peristiwa-peristiwa yang digambarkan di dalam plot.
 Plot adalah rangkaian peristiwa yang satu sama lain dihubungan dengan hukum sebab-akibat.
 Latar adalah latar peristiwa yang menyangkut tempat, ruang, dan waktu. Tema adalah gagasan pokok yang terkandung dalam drama yang
 berhubungan dengan arti (mearning atau dulce) drama itu; bersifat lugas, objektif, dan khusus.
 Amanat adalah pesan yang hendak disampaikan oleh pengarang kepada pembaca yang berhubungan dengan makna (significance atau utile) drama itu; bersifat kias, subjektif, dan umum.
  
    PEMBEDAAN TOKOH
A. Dilihat dari segi peranan/ tingkat pentingnya/ keterlibatan dalam cerita
1. tokoh utama (main/ central character) yaitu tokoh yang diutamakan
penceritaannya
2. tokoh tambahan (peripheral character) yaitu penceritaan relatif pendek (tidak
mendominasi)

B. Dilihat dari fungsi penampilan tokoh
1. Protagonis
memberikan simpati, empati, melibatkan diri secara emosional terhadap tokoh tersebut. Tokoh yang disikapi demikian disebut tokoh protagonis.
2. Antagonis
- tokoh yang menyebabkan terjadinya konflik
- beroposisi dengan tokoh protagonis
- Peran antagonis dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. tokoh antagonis
2. kekuatan antagonis (tak disebabkan oleh seorang tokoh)
    Contoh: bencana alam, kecelakaan, nilai-nilai sosial, lingkungan alam, nilai moral, kekuasaan dan kekuatan yang lebih tinggi, dan sebagainya.

C. Berdasarkan Perwatakannya
1. Tokoh Sederhana/ Simple/ Flat
Tokoh yang hanya mempunyai satu kualitas pribadi (datar, monoton, hanya mencerminkan satu watak tertentu). Biasanya dapat dirumuskan dengan satu kalimat
2. Tokoh Bulat/ Complex/ Round
Diungkap berbagai kemungkinan sisi kehidupan, kepribadian, dan jati dirinya. Bertentangan, sulit diduga, dan mempunyai unsur surprise.
Keduanya tidak bersifat bertentangan, hanya merupakan gradasi saja.

D. Berdasarkan berkembang atau tidaknya perwatakan tokoh
• Tokoh Statis
adalah tokoh tak berkembang yang secara esensial tidak mengalami perubahan atau perkembangan perwatakan sebagai akibat peristiwa-peristiwa yang terjadi.
• Tokoh Berkembang
• mengalami perkembangan perwatakan dalam penokohan yang bersifat statis biasanya dikenal tokoh hitam dan tokoh putih

E. Berdasarkan Kemungkinan Pencerminan Tokoh terhadap Manusia dari Kehidupan Nyata
• Tokoh Tipikal
pada hakekatnya dipandang sebagai reaksi, tanggapan, penerimaan, tafsiran pengarang terhadap tokoh manusia di dunia nyata. Contoh guru, pejuang, dan lain-lain.
• Tokoh Netral
tokoh cerita yang bereksistensi demi cerita itu sendiri. Ia benar-benar merupakan tokoh imajiner





LEMBAR PENILAIAN
(LP)

BAHASA INDONESIA
SMA KELAS X SEMESTER 1


Standar Kompetensi
Mendengarkan: 1. Memahami siaran atau cerita yang disampaikan  secara langsung/tidak langsung.



LP 1 : KOGNITIF PROSES

Pedoman Penskoran LKS 1



NoKomponenDeskriptorSkor
1

2

Selasa, 05 Juni 2012

observasi

HASIL OBSERVASI
PEMBELAJARAN DI KELAS DAN OBSERVASI PESERTA DIDIK

Nama Mahasiswa        : ERLINA
NIM                : A1A208 066
Tanggal observasi        : 21-25 Februari 2012
Pukul                : 07.30 WITA
Sekolah tempat KKP-PPL    : SMP Negeri 4 Kendari

No    Aspek yang diamati    Deskripsi hasil pengamatan
A    Perangkat Pembelajaran   
    1.    Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)    Ada, lengkap setiap tahunnya dan diadakan modifikasi sesuai kondisi dengan sekolah
    2.    Satuan Layanan (SATLAN)    Ada, mendukung peningkatan pengetahuan siswa
B    Proses Pembelajaran   
    1.    Membuka Pelajaran    Terlaksana sesuai dengan ketentuan satlan
    2.    Penyajian Materi    Terlaksana dan dilengkapi buku panduan
    3.    Metode Pembelajaran    Terlaksana sesuai dengan kondisi kelas
    4.    Penggunaan Bahasa    Komunikatif
    5.    Penggunaan Waktu    Efektif dan sesuai jadwal
    6.    Gerak     Aktif dalam proses pembelajaran
    7.    Cara Memotivasi Siswa    Baik, intensif disisipkan pada setiap proses pembelajaran
    8.    Teknik Bertanya    Baik, bersifat stimulus terhadap siswa
    9.    Teknik Penguasaan Kelas    Baik, mampu mengatur jalannya proses pembelajaran di kelas
    10.    Penggunaan Media    Terlaksana hampir disetiap proses pembelajaran
    11.    Bentuk dan Cara Evaluasi    Baik, berupa tugas tertulis
    12.    Menutup Pelajaran    Terlaksana, diakhiri dengan salam
C    Perilaku Siswa   
    1.    Perilaku siswa di dalam kelas    Beragam, secara umum kondusif
    2.    Perilaku siswa diluar kelas    Beragam, secara umum kondusif

Kendari,    Februari 2012
Diketahui :
Guru Pamong,




Ambo Asse U.S.Pd
NIP  196412131 200550 2 1075   
Mahasiswa Ybs,




ERLINA
NIM  A1A2 08 066

Mengetahui,
Kepala SMP Negeri 4 Kendari





Drs. Supion Bake
NIP 19550221 198303 1008

MORFOFONEMIK DALAM BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia mempunyai tanggung jawab keilmuan kepada peserta didik dalam memberikan kaidah berbahasa yang baik dan benar. Materi pembelajaran yang disajikan hendaknya mencerminkan kazanah bahasa Indonesia yang selaras dan sejalan dengan perkembangan peradaban rakyat Indonesia. Guru mata pelajaran Bahasa Indonesia sebaiknya juga melakukan pengkajian terhadap berbagai persoalan terhadap perkembangan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Salah satu bidang pengkajian bahasa Indonesia yang cukup menarik adalah bidang tata bentukan atau morfologi. Bidang ini menarik untuk dikaji karena perkembangan kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa sering berbenturan dengan kaidah-kaidah yang ada pada bidang tata bentukan ini. Oleh karena itu perlu dikaji ruang lingkup tata bentukan ini agar ketidaksesuaian antara kata-kata yang digunakan oleh para pemakai bahasa dengan kaidah tersebut tidak menimbulkan kesalahan sampai pada tataran makna. Jika terjadi kesalahan sampai pada tataran makna, hal itu akan mengganggu komunikasi yang berlangsung. Bila terjadi gangguan pada kegiatan komunikasi maka gugurlah fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat komunikasi. Hal ini tidak boleh terjadi.
Salah satu gejala dalam bidang tata bentukan kata dalam bahasa Indonesia yang memiliki peluang permasalahan dan menarik untuk dikaji adalah proses morfofonemik atau morfofonemis. Permasalahan dalam morfonemik cukup variatif, pertemuan antara morfem dasar dengan berbagai afiks sering menimbulkan variasi-variasi yang kadang membingungkan para pemakai bahasa. Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata yang sesuai dengan kaidah morfologi. Dan, yang menarik adalah munculnya pendapat yang berbeda dari ahli bahasa yang satu dengan ahli bahasa yang lain. Fenomena itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan memaparkan masalah morfofonemik ini dalam makalah ini.

B. Fokus Permasalahan

1. Bagaimanakah peristiwa morfofonemik dalam bahasa Indonesia?
2. Apa saja jenis morfofonemik dalam bahasa Indonesia?
3. Bagaimanakah kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia?

C. Kajian Teori

Pengertian Morfofonemik
1. Proses morfofonemik adalah proses berubahnya suatu fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal kata yang bersangkutan (Zainal Arifin, 2007:8).
2. Morfofonemik, disebut juga morfonemik, morfofonologi, atau morfonologi atau peristiwa berubahnya wujud morfemis dalam suatu proses morfologis, baik afiksasi, reduplikasi, maupun komposisi (Abdul Chaer, 2007:194).
3. Morfofonemik adalah subsistem yang menghubungkan morfologi dan fonologi. Di dalamnya dipelajari bagaimana morfem direalisasikan dalam tingkat fonologi. (Kridalaksana, 2007:183)

BAB II PEMBAHASAN
A. Peristiwa Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia
Proses morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfonemik dalam bahasa Indonesia hanya terjadi dalam pertemuan realisasi morfem dasar (morfem) dengan realisasi afiks (morfem), baik prefiks, sufiks, infiks, maupun konfiks (Kridalaksana, 2007:183).
Peristiwa morfonemik dalam bahasa Indonesia dapat kita lihat misalnya pada prefiks me- . Dalam proses afiksasi, prefiks me- tersebut akan berubah menjadi mem-, meny-, meng-, menge-, atau tetap me-, menurut aturan-aturan fonologis tertentu. Istilah “morfofonemis” menunjukkan kaidah yang menyesuaikan bentuk-bentuk alomorf-alomorf yang bersangkutan secara fonemis.

B. Jenis Morfofonemik dalam Bahasa Indonesia
Kridalaksana memerikan perubahan-perubahan fonem yang terjadi akibat pertemuan morfem itu dapat digolongkan dalam sepuluh proses, yaitu:
1. pemunculan fonem
2. pengekalan fonem
3. pemunculan dan pengekalan fonem
4. pergeseran fonem
5. perubahan dan pergeseran fonem
6. pelesapan fonem
7. peluluhan fonem
8. penyisipan fonem secara historis
9. pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing
10. variasi fonem bahasa sumber
Sedangkan Abdul Chaer membagi perubahan fonem dalam proses morfofonemik ini dalam lima wujud, yaitu:
1. pemunculan fonem
2. pelesapan fonem
3. peluluhan fonem
4. perubahan fonem
5. pergeseran fonem
Berbeda dengan kedua ahli bahasa sebelumnya, Zaenal Arifin dan Junaiyah memaparkan peristiwa morfofonemik dari afiks-afiks dan kata bentukan pada afiksasi tersebut. Sehingga munculah morfofonemik pada prefiks meng-, per-, ber-, dan ter- beserta morfofonemik yang terjadi akibat pertemuan afiks-afiks tersebut dengan fonem tertentu pada dasarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zainal dan Junaiyah. 2007. Morfologi :Bentuk, Makna, dan Fungsi. Jakarta:PT Grasindo.
Chaer, Abdul. 2007. Linguistik Umum. Jakarta:Rineka Cipta.
Kridalaksana, Harimurti. 2007. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta:Gramedia Pustaka Utama.
Verhaar. 2006. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.
Masalah pendidikan merupakan masalah yang sangat penting, karena pendidikan itu akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan hidup manusia. Dengan semakin tinggi jenjang pendidikan yang ditempuh oleh seseorang maka semakin besar kesempatan untuk meraih sukses hidup di masa mendatang. Secara garis besarnya, pendidikan sangat berkompeten dalam kehidupan, baik kehidupan itu sendiri, keluarga, masyarakat maupun kehidupan bangsa dan negara.
 Pemerintah dalam hal ini telah mengatur dan mengarahkan pendidikan nasional seperti yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Dalam Pasal 3 menyebutkan tujuan dari pedidikan nasional yang berbunyi “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Pembangunan nasional yang sedang dilaksanakan bertujuan untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya. Berhasil tidaknya program pembangunan faktor manusia memegang peranan yang sangat penting. Untuk pembangunan itu diperlukan manusia yang berjiwa pemikir, kreatif dan mau bekerja keras, memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki pengetahuan dan ketrampilan serta memiliki sifat positif terhadap etos kerja. Sekolah sebagai tempat proses belajar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Oleh karena itu pendidikan di sekolah memegang peranan penting dalam rangka mewujudkan tercapainya pendidikan nasional secara optimal seperti yang diharapkan. Dalam proses belajar mengajar.
Pendidikan di SekolAh menengah tingkat pertama (SLTP) bertujuan memberikan bekal kemampuan dasar ”baca-tulis-hitung”, pengetahuan dan ketrampilan dasar yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangan. Terkait dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar ”baca-tulis”, maka peranan pengajaran Bahasa Indonesia di SLTP yang bertumpu pada kemampuan dasar ”baca-tulis”, pembelajaran tidak hanya pada tahap belajar di kelas-kelas awal tetapi juga pada kemahiran atau penguasaan di kelas-kelas tinggi.
Bahasa Indonesia sebagai salah satu bidang studi yang memiliki tujuan membekali siswa untuk mengembangkan bahasa di samping aspek penalaran dan hafalan sehingga pengetahuan dan informasi yang diterima siswa sebatas produk bahasa dan sastra. Padahal dalam proses belajar mengajar keterlibatan siswa secara totalitas, artinya melibatkan pikiran, penglihatan, pendengaran dan psikomotor (keterampilan). Jadi dalam proses belajar mengajar, seorang guru harus mengajak siswa untuk mendengarkan, menyajikan metode yang dapat dilihat, memberi kesempatan untuk menulis dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan, sehingga terjadi dialog kreatif yang menunjukkan proses belajar mengajar yang interaktif.
Sejalan dengan pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), salah satu upaya yang dilaksanakan di sekolah ini adalah penggunaan dongeng sebagai metode pembelajaran. Hal ini harus dilakukan agar kebutuhan peserta didik dapat terlayani dengan baik sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan kata lain fungsi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), sebagai kerangka dasar dan harus dijabarkan sendiri oleh guru dengan melihat potensi, situasi dan kondisi masing-masing sekolah. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dalam proses pembelajaran harus berjalan secara kreatif, inovatif, efektif, menyenangkan dan bermakna bagi peserta didik. Perubahan dan implementasi itu tidak hanya konsep, metode dan strategi guru dalam mengajar akan tetapi situasi dan kondisi siswa juga harus kondusif dan menyenangkan, sehingga siswa merasa nyaman belajar di sekolah.
Metode pembelajaran dalam rangka meningkatkan kemampuan berbicara adalah antara lain dengan dongeng. Dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (Poerwadarminta, 1985: 357). Menurut pengamatan peneliti dongeng sangat baik digunakan dalam pembelajaran, karena siswa akan lebih tertarik dengan adanya dongeng dalam pembelajaran. Hal ini sesuai dengan pandapat Abdul Aziz Abdul Majid (2002: 30) yang mengatakan bahwa dongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada anak. Dongeng yang sering digunakan dalam pembelajaran untuk anak kelas I adalah dongeng tentang binatang (fabel).
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) bahkan sindiran. Jadi, dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat, yang mempunyai keguanaan sebagai alat hiburan atau pelipur lara dan sebagai alat pendidik (pelajaran moral). Pengisahan dongeng mengandung suatu harapan-harapan, keinginan dan nasihat yang tersirat maupun yang tersurat. Ketika seorang ibu bercerita kepada anak-anaknya kadang-kadang ajarannya diungkapkan secara nyata dalam akhir cerita tetapi tidak jarang diungkapkan secara tersirat. Dalam hal ini sang anak diharapkan mampu merenungkan, mencerna dan menterjemahkan sendiri amanat yang tersirat didalam cerita tadi.
Jadi dari uraiyan penbahasan serta pengkajian latar belakang  diatas maka penulis berkesipulan dan tertarik untuk menganggakat sebuah judul” Peningkatan Kemampuan Berbicara Melalui Dongeng Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas 2 sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP Negri ) 2 raha, kec. Batalai woru, kab.muna.








1.2     Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
a.    Apakah pembelajaran melalui dongeng dapat meningkatkan kemampuan berbicara pada siswa kelas 2 SLTP Negri 2 Raha?
b.    Bagai mana cara siswa bisa dapat cepat menanggapi cerita dongeng dalam mengasa kemampuan berbicara?

1.3    Tujuan penelitia
Berdasarkan perumusan masalah di atas dapat ditetapkan tujuan penelitian sebagai berikut :
a.    Untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam proses pembelajaran melalui dongeng pada siswa kelas I SD Negeri 2 Bendosari”

1.4    Manfaat penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :
1.    Teoretis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi penelitian lain serta dapat menambah khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan.
2. Praktis
a. Bagi Sekolah
Dapat digunakan sebagai bahan membuat kebijakan dalam rangka meningkatkan mutu proses pembelajaran, khususnya pada mata pelajaran Bahasa Indonesia.
b. Bagi Guru
Dapat memperoleh keterampilan baru yaitu penggunaan dongeng dalam pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya aspek berbicara pada siswa kelas VIIA SLTP Negri 2 Raha.
c. Bagi Siswa
Meningkatkan kemampuan berbicara siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia.













BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1    Hakikat Kemampuan Berbicara
Kemampuan yang dimiliki oleh manusia merupakan bekal yang sangat pokok. Kemampuan ini telah berkembang selama berabad-abad yang lalu untuk memperkaya diri dan untuk mencapai perkembangan kebudayaan yang lebih tinggi. Misalnya para ilmuwan berusaha terus menemukan sumber-sumber energi yang baru, dengan menggunakan hasil penemuan ilmiah yang digali oleh generasi terdahulu terjadi karena manusia dibekali berbagai kemampuan untuk berbicara.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 235) kemampuan berarti kesanggupan; kecakapan; kekuatan kita berusaha dengan diri sendiri. Poerwadarminta (2007: 742) mempunyai pendapat lain tentang kemampuan yaitu mampu artinya kuasa (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan, kekuatan. Pendapat lain dikemukakan juga oleh Nurhasnah (2007: 552) bahwa mampu artinya (bisa, sanggup) melakukan sesuatu, sedangkan kemampuan artinya kesanggupan, kecakapan. Sehubungan dengan hal tersebut Didik Tuminto (2007: 423) menyatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan atau kekuatan.
Sedangkan Woodworth dan Marquis (1957: p.58) memberikan defisi bahwa kemampuan (ability) mempunyai 3 arti yaitu (achievement) yang merupakan actual ability, yang dapat diukur langsung dengan alat atau tes tertentu; (capacity) yang merupakan potential ability, yang dapat diukur secara tidak langsung dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan individu, di mana kecakapan ini berkembang dengan perpaduan antara dasar dengan training yang intensif dan pengalaman; (aptitude) yaitu kualitas yang yang hanya dapat diungkap/diukur dengan tes khusus yang sengaja dibuat untuk itu. Ability (kemampuan, kecakapan, ketangkasan, bakat, kesanggupan) merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan.
Kemampuan (capability) adalah kekuatan dan potensi yang dimiliki oleh perorangan, keluarga dan masyarakat yang membuat mereka mampu mencegah, mengurangi, siap siaga, menanggapi dengan cepat atau segera pulih dari suatu kedaruratan dan bencana Sedangkan menurut Kevin Davis dalam Mangkunegara (2000: P.67) secara psikologis, kemampuan (ability) terdiri dari kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan reality (knowledge skill). Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan merupakan kacakapan atau keahlian seseorang dalam mencapai sesuatu hal yang ia inginkan atau keinginannya.
b. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah bercakap, berbahasa, mengutarakan isi pikiran, melisankan sesuatu yang dimaksudkan (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007: 165). Sedangkan Djago Tarigan (1998: 15), mengungkapkan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan. Berbicara merupakan suatu sistem tanda-tanda yang dapat didengar (audible) dan yang kelihatan (visible) yang memanfaatkan sejumlah otot dan jaringan otot tubuh manusia demi maksud dan tujuan gagasan -gagasan atau ide yang dikombinasikan. Hal yang berbeda dikemukakan oleh Maidar, Arsjad dan Mukti US (1991: 17) bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyian artikulasi atau mengucapkan kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan pesan, pikiran, gagasan, dan perasaan. Berbicara adalah unkapan pikiran dan perasaan seseorang dalam bentuk bunyi-bunyi bahasa.
Sehubungan dengan hal itu Widdowson (1978: 59) menyatakan bahwa berbicara sesungguhnya merupakan kemampuan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara dapat pula diartikan sebagai kemampuan mengungkapkan bunyi-bunyi bahasa untuk mengekspresikan atau menyampaikan pikiran, gagasan, atau perasaan secara lisan (Brown G&G Yule, 1983: 2). Pendapat lain diungkapkan pula oleh Nuraeni (2002: 87) bahwa berbicara merupakan suatu proses penyampaian informasi, idea tau gagasan dari pendengar sabagai komunikan.
c. Pengertian Kemampuan Berbicara
Kemampuan berbicara merupakan salah satu kemampuan yang perlu dikembangkan dalam pelajaran Bahasa Indonesia, di samping kemampuan aspek mendengarkan, membaca, dan menulis. Keberanian untuk berbicara, bertanya dan mengungkapkan gagasan sangat mendukung dalam proses pembelajaran khususnya Bahasa Indonesia. Untuk itu kemampuan berbicara perlu dikembangkan kepada siswa sedini mungkin Kemampuan merupakan tuntutan utama yang harus dikuasai oleh guru. Guru yang baik harus dapat mengekspresikan pengetahuan yang dikuasainya secara lisan.
Sedangkan menurut Nuraeni (2002: 87), kemampuan berbicara merupakan faktor yang sangat mempengaruhi kemahiran seseorang dalam penyampaian informasi secara lisan. Sehubungan dengan hal tersebut Isnaini Yulianita Hafi (2000: 91) mengungkapkan bahwa kemampuan berbicara sebagai kemampuan produktif lisan yang menuntut banyak hal yang harus dikuasai oleh siswa, meliputi penguasaan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan, bahwa kemampuan berbicara adalah kemampuan untuk menyampaikan informasi secara lisan yang menuntut keberanian serta kemahiran dalam aspek kebahasaan dan nonkebahasaan.
2. Hakikat Dongeng
a. Pengertian Dongeng
Berbagai cara dapat dilakukan untuk menyampaikan pesan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pesan disampaikan secara langsung melalui percakapan antara penyampai pesan dengan pihak yang menjadi sasaran pesan tersebut. Pesan dapat juga disampaikan secara tidak langsung melalui metode khusus, seperti lagu, komik maupun dongeng.
Menurut Poerwadarminto (1985: 357) mendefinisikan dongeng adalah: “ Cerita terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh atau cerita yang tak terjadi”, sedangkan menurut sarikata Bahasa Indonesia (1998: 155) dongeng adalah cerita yang tidak benar-benar terjadi (terutama tentang kejadian zaman dahulu yang aneh-aneh). Jadi dongeng merupakan cerita yang dibuat tentang hal-hal aneh yang merupakan kejadian yang tidak sesunggguhnya terjadi. Dongeng termasuk bentuk prosa lama.
Cerita rakyat merupakan salah satu tradisi yang sampai sekarang masih banyak dijumpai dalam masyarakat. Cerita prosa rakyat penyebaran dan pewarisnya biasanya dilakukan secara lisan. Menurut Wiliam R. Bascom dalam Danandjaja (1986: 85) bahwa cerita rakyat dapat dibagi menjadi tiga golongan besar, yaitu (1) mite (myth), (2) legenda (legend), dan (3) dongeng (Folktale). Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi oleh yang empunya cerita dan dongeng tidak terikat oleh waktu maupun tempat. James Danandjaja (1986: 86) berpendapat bahwa kata dongeng menurut pengertian yang sempit adalah cerita pendek kolektif kesusastraan lisan, sedangkan pengertian dongeng      dalam arti luas adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar terjadi.
Dongeng diceritakan terutama untuk hiburan walaupun banyak juga melukiskan kebenaran, berisikan pelajaran (moral) bahkan sindiran. Jadi, dongeng adalah cerita prosa rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan tidak terikat oleh waktu maupun tempat, yang mempunyai keguanaan sebagai alat hiburan atau pelipur lara dan sebagai alat pendidik (pelajaran moral).
Pengisahan dongeng mengandung suatu harapan-harapan, keinginan dan nasihat yang tersirat maupun yang tersurat. Ketika seorang ibu bercerita kepada anak-anaknya kadang-kadang ajarannya diungkapkan secara nyata dalam akhir cerita tetapi tidak jarang diungkapkan secara tersirat. Dalam hal ini sang anak diharapkan mampu merenungkan, mencerna dan menterjemahkan sendiri amanat yang tersirat didalam cerita tadi.
Indonesia adalah negara yang kaya akan dongeng, khususnya dongeng untuk anak-anak. Masing-masing wilayah di Indonesia memiliki koleksi dongeng yang memanfaatkan potensi alam sekitar, supaya emosi audiensi dapat lebih terbangun. Tengok saja dongeng timun mas dari Jawa Tengah, Si Kabayan dari Jawa Barat atau juga Pengeran Si Katak-katak dari Sumatra Utara. Sampai saat ini, dongeng masih memiliki tempat di hati anak-anak Indonesia. Hal ini disebabkan oleh kemasan dongeng yang merupakan perpaduan antara unsur hiburan dengan pendidikan.
Unsur pendidikan ditujukan melalui pesan yang dimuat, baik melalui cerita yang terakhir dengan kebahagiaan maupun kesedihan. Inti dari sebuah dongeng dapat dijadikan bahan perenungan bagi audiensinya. Unsur hiburan merupakan “bumbu penyedap” supaya penyampaian dongeng tidak menimbulkan kebosanan, bisaanya dengan dialog interaktif antara pendongeng dengan audience atau dengan humor.
b. Unsur-unsur dalam Dongeng
Dalam sebuah dongeng terdapat unsur-unsur penting yang meliputi alur, tokoh, latar, dan tema. Dongeng yang bermutu memiliki perkembangan yang memadai pada keempat unsur tersebut. Mungkin unsur yang satu lebih ditekankan daripada unsur yang lain, tetapi semua dikembangkan dengan baik.
Menurut Lustantini (1998: 16) penyebab ketertarikan audience pada dongeng tidak terlepas dari empat unsur penting dongeng yaitu :
1) Alur
Alur adalah konstruksi mengenai sebuah deretan peristiwa secara logis dan kronologis saling berkaitan yang dialami oleh pelaku. Alur ada dua macam, yaitu alur lurus dan alur sorot balik.
Alur lurus adalah peristiwa yang disusun mulai dari awal, tengah, yang diwujudkan dengan pengenalan, mulai bergerak, menuju puncak dan penyelesaian. Alur sorot balik adalah urutan peristiwa yang dimulai dari tengah, awal, akhir atau sebaliknya.
Alur dapat melibatkan ketegangan, pembayangan dan peristiwa masa lalu. Hal ini dimaksudkan untuk membangun cerita agar peristiwa ditampilkan tidak membosankan. Alur ditutup dengan ending, yaitu happy ending (bahagia) atau sad ending (sedih).


2) Tokoh
Setiap cerita memiliki paling sedikit satu tokoh dan biasanya ada lebih dari satu. Tokoh-tokohnya mungkin binatang, orang, obyek, atau makhluk khayal. Berikut penjelasan tentang penokohan dalam dongeng:
a)    Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan dalam berbagai peristiwa yang ada dalam cerita (Lustantini Septiningsih, 1998: 16).
b)    Tokoh dapat memiliki dua sifat, yaitu protogonis (karakter yang melambangkan kebaikan, menunjukkan sikap positif dan merupakan contoh yang layak ditiru) dan antagonis (karakterister yang berlawanan dengan tokoh protagonis, merupakan contoh karakter yang harus dijauhi sikap dan perbuatannya).
c)    Penokohan yang dipilih dipengaruhi oleh sifat, ciri pendidikan, hasrat, pikiran dan perasaan yang akan diangkat oleh pengarang untuk menghidupkan dongeng.
3) Latar / Setting
Istilah latar biasanya diartikan tempat dan waktu terjadinya cerita. Hal tersebut sebagian benar, tetapi latar sering berarti lebih dari itu. Di samping tempat dan periode waktu yang sebenarnya dari suatu cerita, latar meliputi juga cara tokoh-tokoh cerita hidup dan aspek kultural lingkungan. Berikut penjelasan tentang latar atau setting:
a)    Latar adalah segala keterangan, petunjuk, pengacauan yang berkaitan dengan ruang, waktu dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra (Lustantini Septiningsih, 1998: 44).
b)    Latar ada dua macam, yaitu latar sosial (mencakup penggambaran keadaan masyarakat, kelompok sosial dan sikapnya, adat kebisaaan, cara hidup, maupun bahasa yang melatari peristiwa) dan latar fisik atau material (mencakup tempat, seperti bangunan atau daerah).
c)    Latar adalah cerita akan memberi warna cerita yang ditampilkan, disamping juga memberikan informasi situasi dan proyeksi keadaan batin para tokoh.
4) Tema
a)    Tema adalah arti pusat yang terdapat dalam suatu cerita.
b)    Pemikiran-pemikiran yang dikemukakan oleh pengarang dipengaruhi oleh pengalaman, jiwa, cita-cita dan ide yang diwujudkan lewat tema.
c)    Pengarang menampilkan sesuatu tema karena ada maksud tertentu atau pesan yang ingin disampaikan. Maksud atau pesan yang ingin disampaikan itu disebut amanat. Jika tema merupakan persoalan yang diajukan, amanat merupakan pemecahan persoalan yang melahirkan pesan-pesan.

     Keempat unsur penting diatas merupakan kunci ketertarikan audience pada suatu dongeng. Satu unsur dapat lebih menonjol diantara unsur lainnya, karena bisa jadi sebuah dongeng dikatakan menarik karena alur dan penokohan saja yang menonjol. Tentu lebih baik apabila keempat unsurnya dapat dikerjakan oleh pengarang dongeng dengan maksimal. Contoh dari dongeng yang memiliki kekuatan dari seluruh unsur penting dongeng adalah Timun Mas. Alur cerita yang melibatkan ketegangan dan peristiwa masa lalu telah berhasil memancing imajinasi audience untuk mengikuti cerita. Penokohan dikerjakan dengan mengikutsertakan karakter protagonis dan antagonis yang menghasilkan kekontrasan. Timun Mas dan orangtunya melambangkan karakter protagonis sedangkan raksasa melambangkan karakter yang antagonis dengan kejahatan dan ketamakannya. Latar cerita benar-benar mengajak imajinasi audience pada suasana kehidupan pedesaan yang penuh fantasi. Tema dari dongeng ini jelas, yaitu menggambarkan tentang keberanian bertindak diatas kebenaran untuk mengalahkan ketamakan dan kejahatan.keempat unsur ini sangat sesuai dengan target audiencenya yaitu anak-anak. 
c. Macam-macam Dongeng
Cerita dalam sebuah dongeng dapat mempengaruhi minat anak untuk membacanya, karena setiap anak mempunyai selera yang berbeda-beda dalam diri mereka.
Dilihat dari isinya, dongeng dibedakan menjadi 5 macam yaitu :
1) Dongeng yang lucu
Lucu menurut Poerwadarminto (1985: 610) yaitu: “menimbulkan tertawa” jadi dongeng yang lucu adalah cerita yang berisikan kejadian lucu yang terjadi pada masa lalu. Cerita dalam dongeng lucu dibuat untuk menyenangkan atau membuat tertawa pendengar atau pembaca.
Contoh : Dongeng Abu Nawas
2) Fabel
Poerwadarminto (1985: 278) mendefinisikan “Fabel adalah cerita pendek berupa dongeng, mengambarkan watak dan budi manusia yang diibaratkan pada binatang”. Fabel digunakan untuk pendidikan moral, dan kebanyakan fabel menggunakan tokoh-tokoh binatang, namun tidak selalu demikian. Disamping fabel menggunakan tokoh binatang ada yang menggunakan benda mati. Jadi fabel merupakan cerita pendek atau dongeng yang memberikan pendidikan moral yang menggunakan binatang sebagai tokohnya.
Contoh : Dongeng kancil dan harimau
3) Legenda
Poerwadarminto (1985: 578) mendefinisikan legenda adalah : “cerita dari zaman dahulu yang bertalian dengan peristiwa-peristiwa sejarah”. Menurut sarikata Bahasa Indonesia (2007: 21) legenda adalah: “Cerita yang isinya tentang asal-usul suatu daerah”. Legenda baik sekali digunakan untuk pendidikan di kelas-kelas rendah Sekolah Dasar untuk mengajarkan konsep-konsep. Jadi legenda merupakan cerita dari zaman dahulu yang merupakan kejadian-kejadian yang berhubungan   dengan suatu tempat atau peristiwa yang baik digunakan dalam pendidikan dasar.
Contoh : Asal mula Danau Toba
4) Sage
Sage menurut Poerwadarminto (1985: 848) adalah “Cerita yang mendasar peristiwa sejarah yang telah bercampur dengan fantasi rakyat”, sedangkan menurut sari kata Bahasa Indonesia (2007: 20) sage yaitu dongeng yang mengandung unsur sejarah. Jadi dapat disimpulkan bahwa sage merupakan cerita dongeng yang berhubungan dengan peristiwa atau sejarah.
Contoh : Panji semirang
5) Mite
Mite menurut Poerwadarminto (1985: 641) adalah “cerita yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya”. Sedangkan menurut Sarikata Bahasa Indonesia (2007: 20) mite didefinisikan sebagai: “dongeng yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat”. Jadi mite merupakan cerita tentang kepercayaan suatu masyarakat yang diyakini oleh masyarakat tetapi tidak dapat dibuktikan kebenarannya. Contoh : Nyai Loro Kidul
Dalam penelitian ini yang akan digunakan adalah Fabel (dongeng binatang), beberapa alasan penggunaan fabel adalah:
1) Tokoh-tokoh binatang sangat menarik bagi anak;
2) Lewat tokoh binatang dapat memberikan pendidikan anak;
3) Anak akan memiliki rasa sayang pada binatang;
4) Setelah besar anak akan memiliki kesadaran untuk menjaga dan melestarikan alam lingkungannya, khususnya alam fauna;
5) Anak menyenangi hal-hal yang fantastik seperti halnya binatang yang  mirip manusia.
3. Hakikat Metode Pembelajaran Bahasa Indonesia
a. Pengertian Metode
Metode merupakan teknik atau cara yang harus dilalui untuk melakukan suatu pekerjaan dalam rangka mencapai suatu tujuan (Roestiyah, 1998: 1). Sedangkan menurut Saliwangi (1994: 4), metode adalah cara yang dipilih untuk mencapai tujuan tertentu. Sehubungan dengan hal tersebut Sunaryo (1995: 73) berpendapat bahwa metode adalah cara-cara yang ditempuh untuk mencapai suatu hasil yang memuaskan.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode adalah: cara yang dianggap efisien yang digunakan untuk dapat mencapai hasil secara optimal.

b. Pengertian Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pembelajaran adalah kata benda yang diceritakan sebagai proses, cara menjadikan orang atau makhluk belajar (Poerwadarminto, 2007: 17). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusia, material, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan (Oemar Hamalik, 1995: 57). Untuk itu jika dilihat dari kondisi pembelajaran maka pendidikan formal harus mampu memaksimalkan peluang bagi murid, untuk berlangsungnya interaksi yang hakiki, bukan  sekedar menyampaikan pengetahuan dan membentuk ketrampilan saja. Bila proses menyampaikan pengetahuan dan membentuk keterampilan saja yang dipergunakan maka akan menurunkan kualitas pembelajaran. Menurut Corey dalam Nyimas Aisyah (2007: 1.3) pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam kondisi-kondisi khusus untuk menghasilkan respon terhadap situasi tertentu. Pendapat lain diungkapkan oleh Gagne, Birggs, dan Wager dalam Udin S Winata Putra (2007: 1.19) bahwa Instruction is a set of event that affect learners is such a way the learning is facilitated. Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan terjadinya proses belajar pada siswa. Suprapto (2003: 9) berpendapat bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai suatu system atau proses membelajarkan subyek didik yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan dan dievaluasi secara sistematis agar subyek didik dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien. Sedangkan menurut Suyitno (2004: 1) pembelajaran adalah upaya untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta siswa dengan siswa. Senada dengan hal tersebut Gino, Suwarni, Suripto H.S, Maryanto, dan Sutijan (1998: 30) mengungkapkan bahwa istilah pembelajaran sama dengan “instruction” atau pengajaran, yang berarti: cara, perbuatan atau mengajarkan. Pengajaran berarti perbuatan belajar (oleh siswa) dan mengajar (oleh guru). Selanjutnya pembelajaran dapat pula diartikan sebagai usaha untuk memberi stimulus kepada siswa agar menimbulkan respon yang tepat seperti yang digunakan, atau biasa juga dikatakan sebagai suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan disengaja oleh guru  untuk membuata siswa belajar dengan jalan mengaktifkan faktor intern dan ekstern dalam kegiatan belajar mengajar.
Para ahli psikologi kognitif menjelaskan bahwa pembelajaran merupakan suatu usaha untuk mengaktifkan indera siswa agar siswa memperoleh pemahaman. Cara untuk mengaktifkan indera siswa dapat dilakukan denagan cara menggunakan alat bantu belajar atau metode belajar seperti metode cetak atau metode elektronik sesuai dengan kebutuhan. Sehubungan dengan hal itu pula, Djamarah (1997: 11) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah proses perubahan tingkah laku berkat pengalaman dan latihan. Sejalan dengan pendapat di atas, Slameto (1995: 2) mengartikan pembelajaran sebagai suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Pendapat lain dikemukakan oleh Sumadi Suryabrata (1981: 2) bahwa pembelajaran adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar aktual maupun potensial. Perubahan itu pada hakikatnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama dan perubahan itu terjadi karena usaha. Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses mental yang terjadi dalam diri seseorang dan melibatkan kegiatan berpikir yang terjadi melalui interaksi aktif dengan lingkungan (pengalaman belajar), sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang positif. Pembelajaran adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dari abstraksi pengalaman baik alami maupun manusiawi. Proses konstruksi itu dilakukan secara pribadi dan sosial. Proses ini adalah proses yang aktif. Beberapa faktor seperti pengalaman, pengetahuan yang telah dipunyai, kemampuan kognitif dan lingkungan berpengaruh terhadap prestasi belajar. Kelompok belajar dianggap sangat, membantu belajar karena mengandung beberapa unsur  yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Pembelajaran juga dapat diartikan adanya perubahan yang menuju ke arah yang lebih maju dan perubahan itu Dengan demikian pembelajaran bukan hanya tingkah laku yang nampak, tetapi terutama adalah proses yang terjadi secara internal di dalam diri individu dalam usahanya memperoleh hubungan baru yang berupa reaksi dan perangsang. Belajar akan membawa suatu perubahan yang tidak hanya berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan, tetapi juga bentuk kecakapan, ketrampilan, sikap, pengertian, harga diri dan minat.
 Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah perubahan tingkah laku yang diperoleh karena adanya usaha yang disengaja yang berupa pengalaman atau reaksi situasi. didapatkan dengan latihan yang disengaja.
c. Pengertian Metode Pembelajaran
Metode di dalam pembelajaran memegang peranan yang sangat penting, karena merupakan tata cara dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran untuk mencapai suatu tujuan. Dengan menggunakan metode secara tepat dan akurat, guru akan mampu mencapai tujuan dalam pembelajaran. Jadi guru sebaiknya menggunakan metode mengajar yang dapat menunjang kegiatan belajar-mengajar, sehingga dapat dijadikan sebagai alat yang paling efektif untuk mencapai tujuan pengajaran (Syaiful Bahri Djamarah dan Asmawan Zain, 1996: 109). Metode pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Menurut Roestiyah (1998: 1) metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik. Pendapat lain dikemukakan oleh Saliwangi (1994: 1) bahwa metode pembelajaran adalah cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan materi pelajaran dan untuk memberikan kemudahan kepada siswa menuju tercapainya tujuan tertentu. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dari pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode pembelajaran adalah: cara yang dianggap efisien yang digunakan oleh guru di dalam menyampaikan materi pembelajaran tertentu kepada siswa agar pembelajaran yang dirumuskan sebelumnya dapat tercapai secara optimal.
d. Jenis-jenis Metode Pembelajaran
1.    Menurut Saliwangi (1994: 56-62), metode pembelajaran dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a)    Metode ceramah, metode ceramah paling efisien untuk menyampaikan informasi dengan cara guru bercerita;
b)    Metode tanya jawab, metode ini dapat digunakan untuk menilai tingkat pemahaman siswa terhadap isi bacaan atau materi yang diberikan;
c)    Metode diskusi kelompok, metode ini bertujuan agar siswa mampu bekerja sama dengan teman yang lain dalam mencapai tujuan bersama;
d)    Metode pemberian tugas, siswa diharapkan ikut serta secara aktif datam suatu proses belajar mengajar;
e)    Metode studi kasus, metode menganalisis masalah, menghubungkan masalah dengan kehidupan sehari-hari;
f)    Metode brain storming (meramu pendapat), metode meramu pendapat merupakan perpaduan antara teknik tanya jawab dengan teknik diskusi;
g)    Metode eksperimen, yaitu guru mendemonstrasikan secara langsung dan siswa memperhatikannya pada kesempatan berikutnya siswa mencobanya sendiri;
h)    Metode simulasi, sebagai tiruan dari keadaan yang sesungguhnya;
i)    Metode sosiodrama, suatu cara dimana siswa mendramatisasikan sekaligus memecahkan masalah kehidupan di masyarakat.
2.    Dalam Kurikulum Pendidikan Dasar. Depdikbud (1994: 37-47), metode pembelajaran diklasifikaskan sebagai berikut:
a)    Metode penugasan, yaitu suatu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk melaksanakan tugas berdasarkan petunjuk yang dipersiapkan guru;
b)    Metode eksperimen, yaitu suatu cara memberikan kepada siswa secara perseorangan atau kelompok, untuk melatih melakukan suatu proses percobaan secara mandiri;    

c)     Metode proyek, yaitu cara memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghubungkan dan mengembangkan sebanyak mungkin pengetahuan yang telah diperoleh dari berbagai mata pelajaran; Metode diskusi, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran melalui wahana tukar pendapat berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang diperoleh guna memecahkan suatu masalah untuk mecapai suatu kesepakatan; Metode widyawisata, yaitu cara penguasaan bahan pelajaran dengan membawa siswa langsung kepada objek; Metode latihan, yaitu metode yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih melakukan suatu keterampiian tertentu berdasarkan petunjuk guru; (j) Metode ceramah, yaitu suatu cara mengajar dengan penyajian melalui penuturan dan penerangan lisan kepada siswa; (k) Metode pameran, metode pameran digunakan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyajikan dan menjelaskan apa yang telah dipelajari; (l) Metode cerita, yaitu suatu cara penanaman nilai-nilai kepada siswa dengan mengungkapkan kepribadian lokoh-tokoh melalui penuturan hikayat, legenda, dongeng dan sejarah lokal; (m) Metode simulasi, yaitu suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui kegiatan praktek langsung tentang pelaksanaan nilai-nilai penerapan pengetahuan dan keterampilan sehari-hari.















BAB III
METODE DAN PENELITIAN

3.1 Metode dan Jenis Penelitian
Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah Metode Ceramah. Ditinjau dari segi data dan sumber data yang dibutuhkan dalam penelitian ini termasuk jenis penelitian kelas.
3.2  Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer yang diperlukan dalam penelitian ini berasal dari siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Raha. Data yang diperoleh dari siswa bertujuan untuk mengetahui kelancaran berbicara siswa. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari guru kelas VIIA SMP 2 Raha yang bertujuan untuk mengetahui   prestasi belajar di kelas, dan data yang diperoleh dari teman sejawat bertujuan untuk mengetahui perilaku kerja sama dalam lingkungan belajar.
Selain itu informasi juga digali dari berbagi sumber data dan jenis data yang lain meliputi :
1. Arsip, daftar nilai, raport, catatan pribadi siswa;
2. Tes hasil belajar.



3.3 Teknik Pengumpulan Data
Sesuai dengan bentuk penelitian dan sumber data yang dimanfaatkan, maka teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
1. Observasi
Yatim Rianto (2001: 77) observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan pengamatan terhadap obyek penelitian. Winarni ( 2009: 84 -85 ) menyatakan bahwa dalam melakukan observasi proses, ada empat metode observasi yaitu :
a. Observasi terbuka
Dalam observasi terbuka, pengamat tidak menggunakan lembar observasi, melainkan hanya menggunakan kertas kosong untuk merekam pelajaran yang diamati. Dia menggunakan teknik-teknik tertentu untuk merekam jalannya perbaikan sehingga dapat merekontruksi pelajaran yang berlangsung.
b. Observasi terfokus
Observasi secara khusus ditujukan untuk mengamati aspek-aspek tertentu dari pembelajaran. Misalnya yang diamati kesempatan siswa untuk berpartisipasi, dampak pungutan bagi siswa, atau sejenis pertanyaan yang diajukan oleh guru. Tentu semua fokus telah disepakati sebelum berlangsungnya observasi.
c. Observasi terstruktur
Observasi terstruktur menggunakan instrumen observasi yang terstruktur dan siap pakai, sehingga pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda (v) pada tempat yang disediakan
d. Observasi sistematik
Observasi sistematik lebih rinci dari observasi terstruktur dalam kategori yang diamati. Misalnya dalam pemberian penguatan, data dikategorikan menjadi penguatan verbal dan nonverbal.
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan menggunakan metode observasi terstruktur. Observasi dilakukan terhadap siswa dan guru kelas I SD Negeri 2 Bendosari. Observasi terhadap siswa dilakukan untuk mengetahui situasi dan perkembangan siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia aspek berbicara melalui dongeng. Observasi terhadap guru untuk mengetahui tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan pembelajaran.
2. Tes
Tes hasil belajar siswa kelas VIIA SMP Negeri 2 Raha untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menerima bahan ajar dan untuk mengetahui peningkatan kemampuan berbicara dalam pembelajaran Bahasa Indonesia melalui dongeng.









DAFTAR PUSTAKA
Bahri Djamarah dan Asmawan Zain. 1996. Pengelolaan Belajar. Jakarta: Rajawali Pers.
Danandjaja. 1986. Cerita rakyat. Yogyakarta: IKIP.
Darmiyati Zuchi dan Budiasih. 2001. Pendidikan Bahasa Indonesia di Kelas Rendah. Yogyakarta: PAS.
Depdikbud. 1994. Metode Pembelajaran. Jakarta: Pusat Kurikulum Pendidikan Dasar.
Didik Tuminto. 2007. Keterampilan Berbahasa. Jakarta: Rajawali Pres.
Djago Tarigan. 1998. Berbicara. Bandung: Angkasa.
Djamarah. 1997. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Malang: UNM.
Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto, Sutijan. 1998. Belajar dan Pembelajaran. Surakarta: UNS Pres.
Herry Guntur Tarigan. 1979. Berbicara sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV Angkasa.
Isnaini Yulianita Hafi. 2000. Reproduktif Siswa dalam Keterampilan Berbahasa. Yogyakarta: IKIP.
Lustantini Septiningsih. 1998. Komponen-komponen Dongeng. Yogyakarta: IKIP. 
Mangkunegara. 2000. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Moedjiono, Moh. Dimyati. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Muhammad Ali. 1993. Strategi Penelitian Pendidikan, Bandung: Angkasa.
Mulgrave, Dorothy. 1954. Speech. New York: Barnes & Noble, Inc.
Nana Sudjana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Ngalim Purwanto. 1990. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nuraeni. 2002. Pembelajaran Bahasa Indonesia SD dan Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Yogyakarta: BPG.
Nurhasnah. 2007. Kemampuan Berbahasa Indonesia. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Nyimas Aisyah. 2007. Pembelajaran Sekolah Dasar. Jakarta: Balai Pustaka.
Poerwadarminta. 1985. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Poerwadarminta. 2007. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Roestiyah. 1998. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Saliwangi. 1994. Pendidikan Bahasa dan Sastra. Jakarta: Rineka Cipta.
Sarwiji Suwandi. 2006. Materi Pokok Pendidikan Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen P danK.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Bina Aksara.
Sumadi Suryabrata. 1981. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Perkasa.
Sunaryo. 1995. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: FKSS – IKIP.
Suprapto. 2003. Pengembangan Pembelajaran SD. Bandung: Angkasa.Suyitno. 2004. Pembelajaran di SD. Jakarta: Bhatara Karya Aksara. .
Widdowson. 1978. Fundamentals of Speech. New York: Mc Graw-Hill Book Company, Inc.
a
KATA  PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, puji syukur saya panjatkan kepada Allah SWT atas nikmat,rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan kepada saya. Tak  lupa pula saya panjatkan shalawat dan salam kepada  junjungan kita,nabi besar Muhammad Saw karena atas perjangan beliaulah  yang telah membawa kita dari alam yang gelap ke  alam yang  terang berderang seperti alam yang kita rasakan saat ini.
Tugas ini dapat terselesaikan karena niat yang ikhlas dan penuh kesabaran dalam menyeesaikannya. Hal ini di karenakan tugas final sebagai syarat untuk mendaatkan nilai dan menyelesaian mata kuiah “Menulis Kreatif” ini.
Tugasini berisi tentang pembahasan dancontoh mengenai berita,opini,pantun,pidato,puisi,dan iklan. Semoga pembahasan ini bermanfaat bagi siapa saja.



Kendari, 7 Mei 2011

Penulis           



Berita
Berita adalah laporan tentang suatu kejadian yang baru atau tentang suatu peristiwa, suatu fakta yang menarik perhatian dan disampaikan melalui media masa umum.
Langkah-langkah menulis berita;
1.    Memenuhi unsur  5W+1H
2.    Beritanya harus lugas,singkat,langsung kepokok persoalan dan sesuai dengan fakta.
3.    Struktur penlisan harus relative lebih luwes dari segi yang tidak terlalu berat.


Contoh:

Gempa di Kota Kendari
Kejadian gempa di kota Kendari  membuat kepanikan warga bertambah karena beredar isu akan terjadi gempa susulan yang berpotensi tsunami. Isu tersebut membuat warga ketakutan dan meninggalkan rumah bahwa ketinggian air di pantai Kendari dan Teluk Kendari makin bertambah. Coordinator badan Meteorologi Klimatologi Geogrfisika(BMKG) Adi Setiadi  melalui telepon dari kota  menyesatkan akan adanya  gempa susulan maupun gelombang tsunami,”kata Adi.
Arus lalulintas di Kota Kendari masih lengang karena warga termasuk pegawai kantor pemerintah  maupun karyawati swasta memilih bersama keluarga di rumah.
Pantauan di berusaha SD,tampak ada yang sengaja  meliburkan siswanya dan khawatir ada gempa susulan. Hingga berita di turunkan,tampak warga disejumlah kompeks perumahan masih berada diluar rumah mereka.
Bahkan,beberapa orangtua siswa yang anaknya sedang  berada disekolah , menjemput anaknya  untuk di ajak pulang. Gempa terjadi empak kali dan berlangsung hanya berselang beberapa menit  antara gempa pertama, kedua, ketiga, dan keempat. Seorang karyawati Toko Sinar Buana,Fai(24) lompat dari lantai ketiga karena panik saat gempa terjadi di Kota Kendari.Propinsi Sulawesi tenggara.
Berdasarkan keterangan dari Badan Meteorologi, Klimotologi, dan Geografisika(BMKG), pusat gempa dari 4,40 derajat Lintang Selatan(LS) dan 122,82 Bujur Timur Laut Bau-bau, Sulawesi Tenggara,  265 kiometer Tenggara Soroako, Sulawesi Selatan dan 3,2 kilometer Tenggara Sengkang,Sulawesi Selatan.
Gempa terjadi pada hari senin(25/o4/2011) pukul 07.07 Wita. Sampai saat ini,gempa susulan masih saja terjadi sehingga membat warga merasa panic gempa tersebut tidak di tahu kapan berlangsungnya gempa tersebut tejadi.










Opini
Opini adalah pendapat, pendirian, pikiran, pandangan, perpeksif, dan tanggapan mengenai suatu kejadian, keadaan, dan desas-desus tentang sesatu hal.
Langkah-langkah menulis opini yaitu:
1.    Memilih topik yang dikasai.
2.    Pilih topik yang sangat di minati.
3.    Membuat perencanaan.
4.    Harus memiliki kemampuan membuat tulisan yang bersifat argmentasi.
5.    Menentukan tesis atau pandangan.

Contoh:

Tragedi Unhalu Berdarah
Pada tanggal 27 Maret  2008,aparat kepolisian Polserta Kendari melakukan aksi brutal kepada mahasiswa , yang melakukan unjuk rasa  mengecam tindakan premanisme yang dilakukan oleh Walikota Kendari terhadap pedagang kaki lima ,petani, nelayan,buruh dan miskin kota dan aktifis dan mengakibatkan sedikitnya 8 orang mahasiswa dt tangkap oleh Malpolresta kendari dan 30 orang mengalami luka-luka dan dibawah di rumah sakit.
Unjuk rasa yang dilakukan oleh mahasiswa di Kendari merupakan bentuk solidaritas terhadap premanisme yang dijadikan sebagai  alat yang paling ampuh  bagi penguasa untuk membngkam suara yang kritis yang disampaikan oleh rakyat,khususnya pedagang kaki lima yang menjdi korban penggusuran dari kebijakan  pemerintah kota kendari.
Pada tanggal 27 Maret 2011,diperingati Hari Tragedi Unhalu Berdarah. Aksi yang dilakukan oleh mahasiswa membuat masyarakat disekitar kampus terganggu. Kejadian tersebt sempat ricuh anara mahasiswa dengan pihak kepolisian. Salah satu anggota kepolisian mengalami  musibah karena motornya dibakar oleh mahasiswa. Hal ini disebabkan oleh mahasiswa tidak terima pihak kepolisian masuk kelingkungan kampus tanpa persetujuan pihak kampus. Dan demo ini berlangsung selama 1 minggu.

Pantun
Pantun adalah salah satu jenis puisi lama yang sangat luas dan dikenal dalam bahasa nusantara yang terdiri dari emapat  larik besajak a-b-a-b.
Ciri-ciri pantun yaitu:
1.    Tiap bait terdiri atas empat baris.
2.    Tiap baris terdiri dari 4-6 suku kata atau 8-12 suku kata.
3.    Baris pertama dan kedua merpakan sampiran, baris ketiga dank eempat erupakan isi.
4.    Besajak a-b-a-b.
5.    Digunakan untuk pergaulan.
6.    Berdiri sendiri,kecuali pantun berkait.

Jenis-jenis pantun beserta contohnya:
1.    Pantun Adat
Ikan berenang didalam lubuk
Ikan belida dadanya panjang
Adat pinang pulang ke tapuk
Adat sirih pulang kegagang.
2.    Pantun Agama
Banyak bulan perkara bulan
Tiada semulia bulan puasa
Banyak Tuhan perkara Tuhan
Tiada semulia Tuhan Yang Esa.
3.    Pantun Budi
Apa guna berkain batik
Kalau tidak dengan sujinya
Apa guna beristri cantik
Kalau tidak dengan budinya
4.    Pantun Jenaka
Jalan-jalan ke rawa-rawa
Jika capai duduk di pohon palm
Geli hati menahan tawa
Melihat katak memakai helm
5.    Pantun Nasihat
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat di bawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang.


Puisi
Puisi adalah bentuk karya sastra yang menggunakan kata-kata yang indah dan kaya makna. Keindahan puisi disebabkan oleh diksi, majas, rima dan irama yang terkandung dalam karya sastra.
Cirri-ciri puisi yaitu:
a)    Dalam puisi terdapat pemadatan segala unasur kekuatan bahasa.
b)    Dalam penyusunanya, unsur-unsur bahasa itu di rapikan .
c)    Puisi berisikan ungkapan pikiran penyair berdasarkan pengalaman penyair.
d)    Bahasanya konotatif
e)    Puisi dibentuk struktur fisik(diksi,pengimajian,kata, konkret, majas, rima , tipografi)dan unsure struktur batin(tema, amanat, perasaan, nada, dan suasana).
Langkah-langkah menlis puisi yaitu:
a)    Pencarian ide.
b)    Perenungan.
c)    Penulisan.
d)    Perbaikan/revisi.
e)    Pilihan kata/diksi.
f)    Gaya bahasa.
Contoh:

Senyum Itu Tangismu
Bukan tawamu yang ku damba
Bukan tangismu yang ku sesali
Sebab hadirmu tak ku inginkan
    Kala itu angin berhembus
    Dengan lirihnya
    Menyapaku dengan alunannya
    Aromanya
Kini mulai menelak
Hingga ku tertatih saat
Menysuri nadimu
    Aku merangkak dalam tatihku
Hingga bersinar
Bersama bayangmu
Tersayat jiwa saat dirimu
Kalut dalam anganku
Namun hati tetap merindu
Bergejolak tawa jika bersamamu
Walau ku tahu hatimu tak mendamba
Ku coba menanti langkah
Dengan bayangmu.








Iklan
Iklan adalah promosi barang, jasa, perusahaan, dan ide yang harus dibayar oleh sebuah sponsor. Iklan merupakan suatu investasi ekonomi dan kebanyakkan perusahaan dan rganisasi nonprofit.Ikan memiliki berbagai jenis, bedasarkan sifatnya iklan dibedakan atas iklan niaga dan iklan nonniaga. Iklan niaga dibuat untuk mempengaruhi masyarakat supaya tertarik untuk memiliki,membeli, dan menggunakan produk yang diiklankan. Iklan nonniaga/layanan masyarakat dibuat untuk menarik perhatian masyarakat sehingga masyarakat mempunyai simpati atau memberikan dukungan terhadap hal yang diiklankan.
Fungsi iklan  lain:
a.    Menginformasikan
b.    Membujuk
c.    Mengingatkan
d.    Memberikan nilai  tambah
e.    Mendukung usaha promosi lainnya.
Langkah-langkah menulis iklan:
•    Memilih produk yang diiklankan dan mengetahui prodk persaingan
•    Mempelajari tujuan produk yang akan diiklankan
•    Melakukan kegiatan pengmpulan ide
•    Memilih ide yang baik
•    Pemberian sound effect.
Contoh:
UD.Hasnia Mera
Hari gini ke pasar,…….. mau beli beras
Uda Capeeeeeeeeeeeeeee…………….panassssssssssss
Masih ngankat lagiiiiiiiiiiii
Capedehhhhhhhhhhhh
Telah buka Toko Beras
Jalan H.E.A Mokodompit,lorong perintis
Langsung di antar ketempat tujuan
Bulan Promosi
•    Beras kepal(bagus)        Rp.5.500,-/liter   
•    Beras konawe(biasa)        Rp5000.-/liter            
Cp:085656114613

Pidato
Pidato adalah pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditunjukkan kepada orang bayak. Pidato merupakan salah satu bentuk komunikasi lisan. Oleh karena itu,unsure-unsur berupa komukasi(tempo,tekanan, dan panjang pendek  ungkapan),gerak-gerik dan mimic merupakan factor keberhasilan komunikasi lisan. Ada empat macam pidato yakni:
•    Pidato persuasive
•    Pidato informative/intruktif
•    Pidato rekreatif
•    Pidato agmentatif
Beberapa metode pidato yaitu:
a.    Metode serta merta
b.    Metode persiapan
c.    Ekstenporer .
Langkah-langkah menulis pidato:
•    Memiliki masalah
a.    Menentukan topik tujuan
b.    Menganaisis pendengar
c.    Memilih dan menyempitkan  topik
•    Menyusun uraian
a.    Mengumpukan bahan
b.    Membuat kerangka bahan
c.    Menguraikan secara detail.
•    Beralatih pidato.

Contoh:

Yang terhormat Ibu dosen Menulis Kreatif
Dan saudara-saudaraku yang bahagia

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu
Saya mengajak saudara-saudara untuk memanjatkan puji  syukur kepada Allah SWT,karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nyalah kita dapat berkumpul di tempat ini, guna melaksanakan aktivitas kita sehari-hari sebagaimana biasanya.
Disamping itu,saya tidak lupa untuk berterimakasih ibu dosen teah memberikan kesempatan kepada saya untuk menyampaikan pidato saya didepan sadara-saudara sekalian. Dalam kesempatan yang baik ini, saya hendak berpidato dengan judul:”Tanggungjawab Pemuda”.
Saudara-saudaraku yang terhorat
Kita bebicara tentang kaum pemuda, kita sering didapati dalam banyak artikel (tulisan)bahkan kita sendiri menyaksikan peran patisipasi pemuda yang besar dalammembangun,menyumbang, dan mendukung perkembangan bangsa. Mereka adalah harapan bangsa yang akan berjuang demi masa depan Negara yang ebih cerah. Demikian juga,mereka dalam wakt yang sama akan melindungi generasi muda secara luas dari pengaruh gaya hidup budaya barat. Hal ini diteriakkan seperti:
“sekarang pemuda, besok akan menjadi pemimpin”.
Pernyataan ini mendorong kita untuk memperhatikan esistensi pemuda di masa yang akan dating. Dengan mengetahui semua fakta, kita sadar betapa pentingnya peran pemuda. Pemuda melambangkan semangat yang tidak pernah hidup,tetapi keberanian pemuda tidak pernah luntur. Pemuda melambangkan kekuatan yang tidak pernah hancur. Karena alasan ini presiden pertama, “Soekarno”,suatu ketika pernah berkata:”berikan kepadaku sepuluh Pemuda akan kugoncangkan dunia”. Dari pernyataan ini kita dapat menyimpulkan bahwa Soekarno ebih mementingkan pemuda ketimbang orangtua. Mengapa? Karena mereka memainkan peranan yang jitu dan mempunyai potensi serta energy besar yang dibanggakan.
Generasi pemuda yang terhormat!
Karena itu, kita dianjurkan untuk menjadi seorang pemimpin yang fleksibel bagi masyarakat,yang pada akhirnya harus mempersembahkan sumbangan bagi masyarakat secara luas. Ironisnya, diera yang canggih ini, kita menyaksikan perbuatan kaum muda selalu bertentangan dengan norma dan hokum-hukum agama. Kita memperhatikan banyak kaum pemuda tidak sadar akan pendidikan dan lebih sedih lagi, jika perhatikan saudara-saudara kita di Negara tercinta ini yang berperilaku buruk dan mereka sengaja menghindari  norma,serta ajaran agama, dengan mengikuti budaya barat. Kita tidak bias membayangkan apa yang akan terjadi  di masa yang akan dating,jika semua pemuda tidak memperhatikan tanggungjawaab ini. Kita harus sadar baahwa tanggungjawab membangun bangsa.
Saudara-saudara sekaian!
Maka dari itu,saya mengajak saudara-saudara untuk menyiapkan diri sebagai pengganti generasi tua di masa yang akan dating. Dan saya menghimbau kepada saudara sekalian untuk memajukan dan mengembangkan skill dan potensi dalam menggapai masa depan yang lebih cerah.
Itulah pidato yang saya sampaikan pada hari ini,mohon maaf apabila ada kata-kata saya yang  tidak berkenan di hati saudara sekalian. Saya akhiri dengan ucapan…

Wassalamualaikum Wr,Wb.
Asal-Usul Gunung Saba Mpolulu
Sulawesi Tenggara - Indonesia



Gunung Saba Mpolulu terletak di Kecamatan Kabaena, Kabupaten Bombana, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Dalam bahasa setempat, kata Saba berarti terpongkah, jatuh, atau hilang sebagian, seperti mata kapak yang sompel akibat berbenturan dengan batu atau benda keras lainnya. Sedangkan kata Mpolulu berarti kapak. Oleh masyarakat Kabaena, kata Saba Mpolulu diasosiasikan pada bentuk puncak gunung seperti kapak yang terkena benda keras. Menurut cerita yang berkembang di kalangan masyarakat Kabaena, terpongkahnya puncak gunung Saba Mpolulu tersebut disebabkan oleh sebuah peristiwa dahsyat yang terjadi di daerah itu. Peristiwa apakah sebenarnya yang terjadi, sehingga puncak Gunung Saba Mpolulu terpongkah atau hilang sebagian? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita Asal Usul Gunung Saba Mpolulu berikut ini.
* * *
Konon, di Sulawesi Tenggara, Indonesia, ada dua buah gunung yang terletak berjauhan. Yang satu terletak di daerah Labunoua (sebelah timur) dan yang satunya lagi terletak di daerah Kabaena (sebelah barat). Gunung yang berada di Labunoua bernama Gunung Kamonsope, sedangkan gunung yang berada di Kabaena bernama Gunung Mata Air. Di masing-masing gunung tersebut ada penunggu atau penjaganya. Gunung Kamonsope dijaga oleh seorang perempuan cantik, sedangkan Gunung Mata Air dijaga oleh seorang laki-laki bertubuh gendut dan berambut gondrong.
Pada suatu ketika, musim kemarau melanda daerah itu selama berbulan-bulan, sehingga seluruh daerah itu kekurangan air. Kecuali Gunung Kamonsope, persediaan airnya masih melimpah. Oleh penjaganya, air tersebut digunakan untuk mengairi daerah sekitar Gunung Kamonsope yang ditumbuhi oleh pepohonan dan tanaman.
Sementara itu, Gunung Mata Air sangat kekurangan air. Jangankan untuk mengairi pepohonan dan tanaman, air untuk digunakan mandi pun sulit diperoleh. Memang aneh. Walaupun gunung itu bernama Gunung Mata Air, tetapi masih tetap kekurangan air.
Suatu hari, penjaga Gunung Mata Air meminta air kepada penjaga Gunung Kamonsope untuk mengairi daerah sekitar Gunung Mata Air yang dilanda kekeringan. 
 “Maaf saudari, bolehkah aku meminta sebagian airmu?” pinta penjaga Gunung Mata Air dengan sopan.
”Maaf Tuan, aku tidak dapat memberikanmu air, karena aku juga membutuhkan banyak air,” jawab penjaga Gunung Kamonsope.
Beberapa kali penjaga Gunung Mata Air meminta air, namun penjaga Gunung Kamonsope tetap menolak permintaannya. Hal ini membuat penjaga Gunung Mata air menjadi murka.
”Jika kamu tidak mau memberikan airmu, aku akan memaksamu!” seru penjaga Gunung Mata Air dengan kesal.
”Jika aku tidak mau memberimu air, itu adalah hakku. Kenapa kamu memaksa? Tapi, kalau kamu berani, silahkan!” tantang penjaga Gunung Kamonsope.
”Dasar perempuan pelit! Kalau itu maumu, tunggu saja pembalasanku!” seru penjaga Gunung Mata Air lalu segera kembali ke tempatnya dengan perasaan marah.
Sesampainya di Gunung Mata Air, lelaki gemuk itu langsung merebahkan tubuh di pembaringannya. Pikirannya mulai berkecamuk memikirkan bagaimana cara memperoleh air dari perempuan itu dengan paksa. Kemudian, tiba-tiba sesuatu terlintas dalam pikirannya.
”Aku ini adalah laki-laki, sedangkan penjaga Gunung Kamonsope adalah perempuan. Ah, masa aku dilecehkan oleh perempuan itu. Aku akan menembaknya dengan meriamku,” pikirnya.
Rupanya penjaga Gunung Mata Air merasa harga dirinya diinjak-injak, sehingga membuatnya tambah marah dan memutuskan untuk memerangi penjaga Gunung Kamonsope dengan menggunakan kekuatan senjata. Ia pun mengeluarkan senjata meriamnya.
”Dengan meriam ini, aku akan menghancurkan Gunung Kamonsope sampai berkeping-keping,” gumam penjaga Gunung Mata Air. 
Setelah itu, penjaga Gunung Mata Air segera menembakkan meriamnya.
”Duorr...!” terdengar suara letusan.
Tembakan pertama itu tidak mengenai sasaran. Tembakan kedua pun diluncurkan, namun masih meleset. Tembakan ketiga, peluru tidak sampai ke sasaran. Berkali-kali penjaga Gunung Mata Air meluncurkan peluru meriamnya, namun tidak ada yang mengenai sasaran. Ia pun semakin murka dan emosinya tidak terkendali. Ia menembakkan satu persatu peluru meriamnya ke arah Gunung Kamonsope, namun tidak satu pun yang mengenai sasaran. Tanpa disadarinya, ternyata ia telah kehabisan peluru.
Sementara itu, penjaga Gunung Kamonsope yang mengetahui tempatnya diserang segera mengambil senjata untuk membalasnya. Ia pun mengeluarkan meriamnya yang ukurannya lebih besar daripada meriam milik penjaga Gunung Mata Air. Hanya sekali tembak, peluru meriamnya langsung mengenai sasaran.
”Duooorrr...!!! Booom....!!! ” terdengar suara letusan yang sangat dahsyat.
Peluru meriam itu tepat mengenai puncak Gunung Mata Air hingga terpongkah. Puncak gunung itu hilang sebagian sehingga membentuk seperti kapak yang terkena benda keras. Sejak peristiwa itu, Gunung Mata Air berganti nama menjadi Gunung Saba Mpolulu.
* * *
Demikian cerita Asal Mula Gunung Saba Mpolulu dari daerah Sulawesi Tenggara, Indonesia. Cerita di atas tergolong cerita legenda yang mengandung nilai-nilai moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Setidaknya ada dua pesan moral yang diambil dari cerita di atas, yaitu sifat kikir atau pelit dan sifat suka memandang remeh orang lain.
Pertama, sifat kikir atau pelit. Sifat ini tercermin pada perilaku penjaga Kamonsope yang tidak mau membagi rezeki Tuhan kepada orang lain. Dari sini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa sifat kikir atau pelit dapat menimbulkan terjadinya suatu tindak kekerasan ataupun peperangan.
Kedua, sifat suka memandang remeh orang lain. Sifat ini tercermin pada perilaku penjaga Gunung Mata Air yang memandang remeh kemampuan penjaga Gunung Kamonsope sebagai seorang perempuan. Namun, tanpa diduga, ternyata perempuan itu memiliki senjata yang lebih ampuh. Pelajaran yang dapat diambil dari sini bahwa hendaknya seseorang tidak mengukur kemampuan orang lain hanya dengan melihat bentuk fisiknya. Dikatakan dalam Tunjuk Ajar Melayu:
kalau suka merendahkan orang lain,
kalau tidak jadi abu, menjadi arang
(SM/sas/83/05-08)
Sumber:
•    Isi cerita diadaptasi dari Sidu, La Ode. 2001. Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara. Jakarta: Grasindo.
•    Anonim. “Kabupaten Bombana”, (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Bombana, diakses pada tanggal 21 Juni 2008).
•    Hariningtyas, Firsty. “Kisah Dua Gunung,” (http://sunarno.co.cc/id/?p=76, diakses pada tanggal 21 Juni 2008).
•    Effendy, Tenas. 1994/1995. “Ejekan” Terhadap Orang Melayu Riau dan Pantangan Orang Melayu Riau. Pekanbaru, Bappeda Tingkat I Riau.
Dibaca 2.386 kali

Asal Mula Nama Gunung Mekongga




Gunung Mekongga memiliki ketinggian 2.620 m di atas permukaan laut, terletak di Kecamatan Ranteangin, Kabupaten Kolaka, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia. Menurut bahasa setempat, kata gunung mekongga berarti gunung tempat matinya seekor elang atau garuda raksasa yang ditaklukkan oleh seorang pemuda bernama Tasahea dari negeri Loeya. Peristiwa apakah gerangan yang terjadi di daerah itu, sehingga Tasahea menaklukkan burung garuda itu? Lalu, bagaimana cara Tasahea menaklukkannya? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita asal Mula Nama Gunung Mekongga berikut ini.
* * *
Alkisah, pada suatu waktu negeri Sorume (kini bernama negeri Kolaka) dilanda sebuah malapetaka yang sangat dahsyat. Seekor burung garuda raksasa tiba-tiba mengacaukan negeri itu. Setiap hari burung itu menyambar, membawa terbang, dan memangsa binatang ternak milik penduduk, baik itu kerbau, sapi, atau pun kambing. Jika keadaan itu berlangsung terus-menerus, maka lama-kelamaan binatang ternak penduduk akan habis.
Penduduk negeri Kolaka pun diselimuti perasaan khawatir dan cemas. Jika suatu saat binatang ternak sudah habis, giliran mereka yang akan menjadi santapan burung garuda itu. Itulah sebabnya mereka takut pergi ke luar rumah mencari nafkah. Terutama penduduk yang sering melewati sebuah padang luas yang bernama Padang Bende. Padang ini merupakan pusat lalu-lintas penduduk menuju ke kebun masing-masing. Sejak kehadiran burung garuda itu, padang ini menjadi sangat sepi, karena tidak seorang pun penduduk yang berani melewatinya.
Pada suatu hari, terdengarlah sebuah kabar bahwa di negeri Solumba (kini bernama Belandete) ada seorang cerdik pandai dan sakti yang bernama Larumbalangi. Ia memiliki sebilah keris dan selembar sarung pusaka yang dapat digunakan terbang. Maka diutuslah beberapa orang penduduk untuk menemui orang sakti itu di negeri Solumba. Agar tidak disambar burung garuda, mereka menyusuri hutan lebat dan menyelinap di balik pepohonan besar. 
Sesampainya di negeri Solumba, utusan itu pun menceritakan peristiwa yang sedang menimpa negeri mereka kepada Larumbalangi.
”Kalian jangan khawatir dengan keadaan ini. Tanpa aku terlibat langsung pun, kalian dapat mengatasi keganasan burung garuda itu,” ujar Larumbalangi sambil tersenyum simpul.
”Bagaimana caranya? Jangankan melawan burung garuda itu, keluar dari rumah saja kami tidak berani,” ucap salah seorang utusan.
”Begini saudara-saudara. Kumpulkan buluh (bambu) yang sudah tua, lalu buatlah bambu runcing sebanyak-banyaknya. Setelah itu carilah seorang laki-laki pemberani dan perkasa untuk dijadikan umpan burung garuda itu di tengah padang. Kemudian, pagari orang itu dengan bambu runcing dan ranjau!” perintah Larumbalangi.  
Setelah mendengar penjelasan itu, para utusan kembali ke negerinya untuk menyampaikan pesan Larumbalangi. Penduduk negeri itu pun segera mengundang para kesatria, baik yang ada di negeri sendiri maupun dari negeri lain, untuk mengikuti sayembara menaklukkan burung garuda.
Keesokan harinya, ratusan kesatria datang dari berbagai negeri untuk memenuhi undangan tersebut. Mereka berkumpul di halaman rumah sesepuh Negeri Kolaka.
”Wahai saudara-saudara! Barangsiapa yang terpilih menjadi umpan dan berhasil menaklukkan burung garuda itu, jika ia seorang budak, maka dia akan diangkat menjadi bangsawan, dan jika ia seorang bangsawan, maka dia akan diangkat menjadi pemimpin negeri ini,” sesepuh negeri itu memberi sambutan.
Setelah itu, sayembara pun dilaksanakan dengan penuh ketegangan. Masing-masing peserta memperlihatkan kesaktian dan kekuatannya. Setelah melalui penyaringan yang ketat, akhirnya sayembara itu dimenangkan oleh seorang budak laki-laki bernama Tasahea dari negeri Loeya.
Pada waktu yang telah ditentukan, Tasahea dibawa ke Padang Bende untuk dijadikan umpan burung garuda. Ketika berada di tengah-tengah padang tersebut, budak itu dipagari puluhan bambu runcing. Ia kemudian dibekali sebatang bambu runcing yang sudah dibubuhi racun. Setelah semuanya siap, para warga segera bersembunyi di balik rimbunnya pepohonan hutan di sekitar padang tersebut. Tinggallah Tasahea seorang diri di tengah lapangan menunggu kedatangan burung garuda itu.
Menjelang tengah hari, cuaca yang semula cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Itu pertanda bahwa burung garuda sedang mengintai mangsanya. Alangkah senang hati burung garuda itu saat melihat sosok manusia sedang berdiri di tengah Padang Bende. Oleh karena sudah sangat kelaparan, ia pun segera terbang merendah menyambar Tasahea. Namun, malang nasib burung garuda itu. Belum sempat cakarnya mencengkeram Tasahea, tubuh dan sayapnya sudah tertusuk bambu runcing terlebih dahulu.
”Koeeek... Koeeek... Koeeek... !!!” pekik burung garuda itu kesakitan. 
Tasahea pun tidak menyia-nyiakan kesempatan. Dengan cekatan, ia melemparkan bambu runcingnya ke arah dada burung garuda itu. Dengan suara keras, burung garuda itu kembali menjerit kesakitan sambil mengepak-epakkan sayapnya. Setelah sayapnya terlepas dari tusukan bambu runcing, burung itu terbang tinggi menuju Kampung Pomalaa dengan melewati Kampung Ladongi, Torobulu, Amesiu, Malili, dan Palau Maniang. Akan tetapi, sebelum sampai Pomalaa, ia terjatuh di  puncak gunung yang tinggi, karena kehabisan tenaga. Akhirnya ia pun mati di tempat itu.

Tasahea menombak burung garuda
Sementara itu, penduduk negeri Kolaka menyambut gembira Tasahea yang telah berhasil menaklukkan burung garuda itu. Mereka pun mengadakan pesta selama tujuh hari tujuh malam. Namun, ketika memasuki hari ketujuh yang merupakan puncak dari pesta tersebut, tiba-tiba mereka mencium bau bangkai yang sangat menyengat. Pada saat itu, tersebarlah wabah penyakit mematikan. Banyak penduduk meninggal dunia terserang sakit perut dan muntah-muntah. Sungai, pepohonan, dan tanaman penduduk dipenuhi ulat. Tak satu pun tanaman penduduk yang dapat dipetik hasilnya, karena habis dimakan ulat. Akibatnya, banyak penduduk yang mati kelaparan.
Penduduk yang masih tersisa kembali panik dan cemas melihat kondisi yang mengerikan itu. Untuk mengatasi permasalahan tersebut, mereka pun segera mengutus beberapa orang ke negeri Solumba untuk menemui Larumbalangi.
”Negeri kami dilanda musibah lagi,” lapor salah seorang utusan.
”Musibah apalagi yang menimpa kalian?” tanya Larumbalangi kepada utusan yang baru datang dengan tergopoh-gopoh.
”Iya, Tuan! Negeri kami kembali dilanda bencana yang sangat mengerikan,” jawab seorang utusan lainnya, seraya menceritakan semua perihal yang terjadi di negeri mereka.
”Baiklah, kalau begitu keadaannya. Kembalilah ke negeri kalian. Tidak lama lagi musibah ini akan segera berakhir,” ujar Larumbalangi.
Setelah para utusan tersebut pergi, Larumbalangi segera memejamkan mata dan memusatkan konsentrasinya. Mulutnya komat-kamit membaca doa sambil menengadahkan kedua tangannya ke langit.
”Ya Tuhan! Selamatkanlah penduduk negeri Kolaka dari bencana ini. Turunkanlah hujan deras, agar bangkai burung garuda dan ulat-ulat itu hanyut terbawa arus banjir!” demikian doa Larumbalangi.
Beberapa saat kemudian, Tuhan pun mengabulkan permohonan Larumbalangi. Cuaca di negeri Kolaka yang semula cerah, tiba-tiba menjadi gelap gulita. Awan tiba-tiba menggumpal menjadi hitam. Tidak berapa lama, terdengarlah suara guntur bersahut-sahutan diiringi suara petir menyambar sambung-menyambung. Hujan deras pun turun tanpa henti selama tujuh hari tujuh malam. Seluruh sungai yang ada di negeri Kolaka dilanda banjir besar. Bangkai dan tulang belulang burung garuda itu pun terbawa arus air sungai. Demikian pula ulat-ulat yang melekat di dedaunan dan pepohonan, semuanya hanyut ke laut.
Itulah sebabnya laut di daerah Kolaka terdapat banyak ikan dan batu karangnya. Gunung tempat jatuh dan terbunuhnya burung garuda itu dinamakan Gunung Mekongga, yang artinya gunung tempat matinya elang besar atau garuda. Sementara sungai besar tempat hanyutnya bangkai burung garuda dinamakan Sungai Lamekongga, yaitu sungai tempat hanyutnya bangkai burung garuda.
Budak laki-laki dari Negeri Loeya yang berhasil menaklukkan burung garuda tersebut diangkat derajatnya menjadi seorang bangsawan. Sedangkan Larumbalangi yang berasal dari negeri Solumba diangkat menjadi pemimpin Negeri Kolaka, yaitu negeri yang memiliki tujuh bagian wilayah pemerintahan yang dikenal dengan sebutan ”Tonomotu‘o”.
* * *
Demikian ceita Asal Mula Nama Gunung Mekongga dari daerah Kolaka, Sulawesi Tenggara, Indonesia. Cerita di atas termasuk kategori mitos yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah keutamaan sifat tidak mudah putus asa. Orang yang tidak mudah berputus asa adalah termasuk orang yang senantiasa berpikiran jauh ke depan dan pantang menyerah jika ditimpa musibah. Sifat ini ditunjukkan oleh perilaku masyarakat Kolaka yang ditimpa musibah. Mereka tidak pernah berputus asa untuk mencari bantuan agar negeri mereka terbebas dari bencana. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:
yang berpikiran jauh,
ditimpa musibah pantang mengeluh
yang berpikiran jauh,
tahu mencari tempat berteduh
(Samsuni /sas/97/09-08)
Sumber :
•    Isi cerita diadaptasi dari Sidu, La Ode. 1999. Cerita Rakyat dari Sulawesi Tenggara. Jakarta: Grasindo.
•    Anonim. gazeboijuk.multiply.com/journal/item/1/mekongga_maniss - 29k, diakses tanggal 3 September 2008.
•    Effendy, Tenas. 2006. Tunjuk Ajar Melayu. Yogyakarta: Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerja sama dengan AdiCita Karya Nusa.